Senin, 17 Desember 2018

Peringatan HKSN Gelar Bakti Sosial



Sabtu, 15/12. Jajaran pemerintah kab. Trenggalek yang dipromotori oleh DinsosPPPA menyelenggarakan apel dan bakti sosial dalam rangka Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang di peringati setiap tanggal 20 Desember. Kegiatan tersebut mengangkat tema kesetiakawanan sosial sebagai perekat keberagaman.  Dilaksanakan bertempat di dusun Winong, desa Sumurup, kec. Bendungan. Hadir dala acara ini Wakil Bupati Trenggalek, segenap pegawai DinsosPPPA, kantor kecamatan Bendungan, Tagana, TKSK, Pendamping sosial PKH, Komunitas Trail, segenap perangkat desa dan warga desa sumurup. kegiatan Apel yang dikomndani oleh saudara Fendi anggota tagana dengan sigap menyaipkan barisan apel yang terdiri seluruh elemen pserta yang hadir.


Apel diawali dengan menyayikan lagu Indonesia raya dengan iringan intrument elekton dari seorang penyandang disabilitas netra dan dilanjutkan dengan sambutan serta arahan dari ketua panita juga Wakil Bupati Trenggalek.


Kepala DinsosPPPA dr.Ratna Sulistiyowati, M.Kes sebagai ketua pelaksana menyampaikan bahwa kesetiakawanan sosial ini merupakan bentuk toleransi yang melibatkan pikiran sikap dan rasa gotong royong yang didasari kerelaan juga keikhlasan. Peringatan HKSN kali ini tidak hanya apel saja, namun bentuk kerja nyata dengan mengadakan bakti sosial kepada warga sekitar yang membutuhkan, Imbuhnya. Bantuan tersebut diantaranya berupa paket sembako, kursi roda, bantuan pangan perlindungan masyarakat miskin, bantuan pangan bagi eks pasung, pembagian kartu KIS, sembako bagi korban tanah gerak, penyuluhan kesiapsiagaan terhadap bencana, dan pengecatan mushola yang terletak berdekatan dengan lokasi apel.

Dalam sambutanya Wakil Bupati Trenggalek atau lebih familiar dikenal dengan sebutan Mas Ipin mencontohkan bentuk sederhana kesetiakawanan sosial itu diwujudkan dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya menjaga keseimbangan alam dan sumber air, saling menjaga aliran air untuk tidak dicemari dengan limbah rumah tangga sehingga yang memanfaatkan di daerah bawah tidak dirugikan. Sambil menunjuk arah selo bale yang menjadi salah satu sumber mata air di desa Sumurup.

Disampaikan juga bahwa pemerintah kabupaten Trenggalek juga telah membuat suatu lembaga yang erat kaitanya dengan makna kesetiakawanan sosial berupa program GERTAK (Gerakan Tengok Kebawah). Posko Gertak yang berdiri dilingkungan rumah dinas wabub menjadi pusat layanan untuk membantu berbagai permasalahan sosial yang terjadi pada masyarakat Trenggalek. Posko tersebut menjadi sebuah layanan satu atap dan terhubung dengan berbagai pelayanan umum baik pemda maupun lembaga lain yang bekerjasama dengan posko gertak. Bagi masyarakat yang tengah mengalami kesulitan atau kesusahan seperti kesehatan, pendidikan, kemiskinan dan berbagai masalah kerentanan sosial lainnya dapat memanfaatkan layana gertak tersebut. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam mewujudkan kesetiakawanan sosial berupa partisipasi dalam memberikan informasi jika dilingkungan tempat tinggal menemui permaslahan sosial yang perlu tindak lanjut, kata Mas Ipin.


Diakhir sambutannya beliau mengapresiasi para pegiat sosial TKSK, Tagana, Pendamping Sosial PKH yang telah memberikan sumbangan tenaga, pikiran, waktu dan materiil dengan ringan tangan untuk saling membantu orang lain yang sedang tertimpa musibah. Sebenarnya ruh dari kesetiakwanan sosial itu wujud cerminan dari nilai-nilai pancasila yakni gotong royong. Saling bahu membahu untuk meringkankan saudaranya yang sedang kesusahan.

Acara dilanjutkan dengan menyerahkan sejumlah bantuan tersebut diatas, kemudian melihat kondisi mushola yang akan dicat dan juga meninjau langsung kondisi tanah gerak yang terletak di lereng bukit dusun Winong. Setelah ramah tamah, berfoto-foto dan nge flog Mas Ipin bersama rombongan komunitas trail dengan mengendarai motor berkeliling menikmati track spot di area sekitar desa sumurup yang menguji adrenaline.Ags

Membangun Kepercayaan diri KPM-PKH dalam Mendidik dan Mengasuh Anak



 
Coaching Mandiri, Modul PPA Sesi 4 PPKH Kecamatan Suruh

Suruh, 13 Desember 2018 bertempat di RT. 03 RW. 01 Dusun Jajar Desa Nglebo Kecamatan Suruh telah dilaksanakan Coaching Mandiri FDS PKH Kecamatan Suruh. Lokasi yang sejuk di kaki Tebing Linggo sejumlah 28 peserta PKH dengan antusias mengikuti FDS modul Pendidikan dan Pengasuhan anak sesi 4 dengan topik “Membantu Anak Sukses di Sekolah”. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan para pendamping PKH kecamatan Suruh melaksanakan FDS sesi ke - 4 di masing-masing Lokasi kerjanya.

Kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh pendamping PKH desa Nglebo, Qomariatin Nafi’ah dengan salam serta memanjatkan Puji dan Syukur. Sebelum beliau mempersilakan Bapak Nuryanto selaku Fasilitator untuk menyampaikan materi,  terlebih dahulu  Qomariatin Nafi’ah memperkenalkan seluruh peserta coaching kepada KPM-PKH  yang hadir. Yang Pertama  Nuryanto  selaku Korcam PPKH Suruh dan sebagai Fasilitator, Rilla Murniati Adestina selaku pendamping PKH desa MLinjon, Mua’fatun Nadifa selaku Pendamping PKH desa Puru dan Suruh serta Riyadu Sulaiman selaku pendamping PKH desa Ngrandu dan Wonokerto.


Penyampaian materi ini disimulasikan sebagaimana peserta mengisi kegiatan FDS di wilayah dampingannya masing-masing, yaitu dengan diawali mengajak KPM  mengingat kembali materi yang sudah diterima sebelumnya. Sebagian besar peserta telah memahami dan mempraktekkan apa yang sudah mereka pelajari, dengan guyonan hangat mereka mengungkapkan hal yang menjadi kendala dan   hal yang   menarik ketika mempraktekkan materi tersebut.  
Pendidikan merupakan salah satu hak anak Indonesia, peran orang tua sangat penting dalam pemenuhan hak  atas pendidikan anak dengan memastikan anak yang berusia sekolah dasar hadir di sekolah. 

Di sesi ke 4 ini peserta diajak mempelajari pentingnya pendidikan anak di usia dini agar anak siap bersekolah. Didalam forum itu dibentuk 4 kelompok dengan 7 peserta dengan kapten Pendamping PKH. Peserta diajak bermain rantai kata, setiap kelompok diberikan 1 kalimat yang harus dibisikkan kepada temannya secara berurutan. Fasilitator memastikan pesan dapat tersampai kepada rantai yang paling terakhir, dan bagi yang tidak sesuai aturan main ada sanksinya, karena permainan ini pada dasarnya untuk melatih konsentrasi dan melatih peserta untuk mampu menerima dan memverifikasi informasi secara benar.

Disela-sela penyampaian materi, FDS ini juga diselingi dengan ice breaking. Peserta diminta duduk berbaris, mengangkat kedua tangan kemudian meletakkan dipunggung teman yang ada di depannya dan memijat. Sontak gelak tawa menggema memenuhi ruangan berdinding bata merah tanpa plester itu. Riyadu sulaiman selaku pemimpin ice breaking tersenyum kecil sembari menjelaskan apa maksud dari permainan tersebut.  Selain untuk membuat mereka gembira dan menghilangkan ngantuk, permainan tersebut juga memberikan pesan bahwa hidup itu tidak selamanya enak digambarkan dari peserta yang paling belakang tidak mendapatkan pijatan, dan enak yang dirasakan bisa jadi berasal dari teman.

 

Ketika suasana sudah mencair dan peserta kembali bersemangat materi dilanjutkan dengan menyaksikan sebuah film pendek, melalui film itu peserta diajak mengamati lembaga pendidikan anak usia dini. Dalam ilustrasi digambarkan ada 2 lembaga pendidikan dengan perbedaan, yang satu berseragam dan satu tidak berseragam. Peserta diajak untuk menentukan mana sekolah yang bermutu. Fasilitator menekankan bahwa lembaga yang bermutu adalah lembaga yang mampu merencanakan kegiatan dengan cara menyenangkan, menarik minat dan bermanfaat bagi anak. Disamping itu fasilitator juga menyampaikan bahwa ketika orang tua terlibat dalam kegiatan pendidikan anak usia dini akan membawa banyak manfaat. Selain itu tugas orang tua juga untuk membantu anak sukses anak di sekolah dengan cara mengajarkan anak untuk berani menyampaikan pendapatnya kepada siapapun agar anak lebih dihargai oleh orang-orang disekitarnya. Ketika anak tidak mau sekolah orang tua juga harus mampu mengatasi dengan cara menjalin komunikasi yang baik dengan anak, pihak sekolah dan lingkungan sekitar.

Setelah seluruh materi tersampaikan, fasilitator meminta ketua kelompok untuk menyampaikan hal-hal penting yang dipelajari pada hari ini dan mempraktekkannya di rumah. Untuk melatih kekompakan diajak bermain tepuk simbolik dan memotivasi agar peserta berkenan hadir pada pertemuan selanjutnya.[RM@]

Laporan ditulis Pendamping Sosial PKH Kec. Suruh : Rilla Murniati Adestina

Kamis, 13 Desember 2018

FDS Strategi Jitu Mengubah Pola Pikir KPM-PKH

Suruh, (11/12) – kumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak tampak mengenakan setelan pakaian agak rapi dari biasanya tengah berjalan bergerombol menuju suatu rumah di dusun Guwo desa Ngrandu. Ada beberapa diataranya turut serta membawa buah hati mereka yang massih balita. Ternyata hari itu adalah Selasa minggu ke-2 di bulan Desember yang merupakan jadwal rutin mereka untuk melakukan kegiatan Pertemuan Kelompok dalam rangka melaksanakan Program Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau juga biasa disebut dengan FDS (Family Development Session) di dusun itu. Pertemuan itu merupakan bagian dari kegiatan yang diselenggarakan oleh Program Keluarga Harapan (PKH).
Ada hal menarik terkait FDS yang dilakukan di dusun Guwo desa Ngrandu ini karena lokasi kegiatan setiap bulannya terus berpindah pindah mengikuti “kopyoan” atau bahasa khas masyarakat setempat untuk menyebut sistem lotre, jadi siapa yang namanya keluar dalam kopyoan tersebut maka dirumah dialah nanti sebagai tuan rumah dalam penyelenggaraan FDS bulan selanjutnya. Hal ini sangat besar sekali manfaatnya bukan hanya untuk PKH sendiri melainkan untuk KPM atau Keluarga Penerima Manfaat sebuah sebutan untuk menyebut peserta PKH dalam rangka mempertahankan kultur dan kearifan local di daerah tersebut. Dengan sistem lokasi berpindah pindah dengan mengikuti kopyoan ini tentunya selain untuk mencari suasana baru juga dalam rangka merekatkan hubungan antar KPM juga bias digunakan pendamping untuk sekaligus home visit.

Di dusun Gowo desa Ngrandu sendiri terdapat 2 kelompok FDS, karena jadwalnya untuk dusun Guwo itu hari selasa minggu ke-2 maka dalam hari akan dilaksanakan FDS di dua tempat yang berbeda dalam waktu yang berbeda pula. Lokasi FDS yang pertama di rumah Ibu Jemini (Guwo, RT. 08/02),yaitu pukul 08.00-10.00 WIB sedangkang untuk lokasi ke-2 di selenggarakan di rumah ibu Murti (Guwo, RT. 07/02) di pukul 10.30 – 12.30 WIB. (Alokasi waktu ini sudah disesuaikan dengan panduan TOT FDS, 2013:1).
 
Dalam FDS kali ini materinya adalah Pengasuhan dan Pendidikan Anak yang tengah memasuki sesi 3 yaitu tentang Memahami Cara Anak Usia Dini Belajar. Tujuan dari penyampaian materi ini adalah untuk memberikan pengetahuan manfaat permainan dan bagaimana bermain sesuai dengan tahap usia anak, serta cara menggabungkan permaianan ke dalam rutinitas harian. Serta untuk mengeksplorasi berbagai kegiatan bermain untuk mengembangakan kemampuan bahasa anak.

Kegiatan FDS ini diawali dengan Pendamping PKH menyampaikan tentang pokok bahasan materi di sesi ini, dan sebelum memasuki materi sesi 3 pendamping PKH mengajak peserta untuk mengingat materi sebelumnya dengan cara menunjuk beberapa KPM untuk menjelaskan tentang materi yang diterima di sesi sebelumnya dan selanjutnya menanyakan kepada peserta permainan apa saja yang pernah disenangi di waktu kecilnya.

Dalam menyampaikan materi sesi 3 ini saya dibantu salah satu pendamping untuk wilayah dampingan desa Mlinjon Kec. Suruh yang bernama Rilla Murniati A. Hal ini karena dia telah mendapatkan coaching FDS dari korcam Nuryanto yang telah didiklat di balai diklat Yogyakarta.

Sebagaimana tujuan dari materi FDS tersebut kegiatan ini di isi dengan menjelaskan macam-macam permainan yang disesuaikan dengan usia anak, selanjutnya KPM diajak melakukan permainan tebak kata dan sambung kata. Dalam permainan ini KPM diminta berdiri melingkar dengan tangan diangkat dengan tangan kanan diletakkan diatas tangan kiri temannya kemudian permainan tebak kata dan sambung kata dilakukan dengan cara menyebutkan berbagai kata missal nama hewan, buah dll. Dengan aturan peserta tidak boleh mengulang kata yang sudah disebutkan oleh peserta lain atau menyebutkan kata yang tidak ada hubungannya dengan kata sebelumnya apabila ada yang melanggar maka akan ada sanksi yang akan diberikan yang merupakan usulan dari seluruh peserta.

Guna mendapatkan suasana berbeda permainan ini tidak hanya dilakukan di dalam ruangan melainkan juga dilakukan diluar ruangan. Setelah permainan usai peserta diajak berfikir terkait manfaat permainan dan permainan lain yang mungkin bias dilakukan bersamaan dengan rutinitas harian. Sebaimana disebutkan oleh Tukiyah – salah satu KPM- “manfaat dari permainan tadi melatih konsentrasi dan mendaapat kata baru,” hal ini senada dengan yang di ungkapkan oleh  Lasih, “selain melatih konsentrasi juga bisa jadi “gobyos” –berkeringat. Red), selain itu juga perasaan juga menjadi senang. Hal yang sama juga dingkapkan oleh Lusi bahwa permainan ini selain bikin gobyos juga bias melatih seseorang untuk focus dengan apa yang dicapkan oleh temannya.
Dalam menjelaskan materi ini pendamping PKH menekankan bahwa permainan untuk anak sebisa mungkin disesuaikan dengan usia anak dan tidak terbatas pada permainan yang dicontohkan atau disimulasikan bersama pendamping saja. Disamping penyampaian materi FDS dalam pertemuan tersebut juga dibuka diskusi terkait harapan dan pertanyaan seputar PKH. Selanjutnya kegiatan FDS ini ditutup dengan ice breaking tepuk simbolik dan memperagakan lagu topi saya bundar serta untuk mengurangi rasa pegal pegal karena acra yang lama tadi ada sebelum pulang ada pijit berantai tentu yang ibu dengan ibu dan untuk bapak dengan bapak. [RSn & RMA]

Ditulis oleh: Riyadu Sn & Rilla MA (Pendamping Sosial PKH Kecamatan Suruh)
Fotografer: Suronto (KPM-PKH)