Kamis, 14 November 2019

SDM PKH Kabupaten Trenggalek Goes To Jogja


Adzan subuh memecah kesunyian pagi saat rintik hujan disertai  kabut tebal menyelimuti   kawasan wisata Kaliurang Yogyakarta, 02 November 2019 kemarin saat rombongan Pendamping sosial PKH dan Dinsos & P3A Trenggalek tiba dan beristirahat sejenak sambil beribadah di sebuah masjid. Bukan tanpa tujuan jika rombongan sepagi itu sudah tiba di Kaliurang karena pagi hari sudah harus melakukan aktifitas bersama di lereng Merapi yang lokasinya tidak jauh dari tempat tersebut.


Dengan mengendarai tiga bus dan sekitar 120-an SDM yang tergabung di dalamnya, agenda rombongan  Peningkatan Kapasitas SDM PKH  tersebut  yang pertama dilakukan adalah outbond di Kali Kuning, lereng gunung Merapi. Outbond dengan bermaterikan permainan-permainan kekompakan yang menggabungkan olahraga, intelegensia dan emosi para peserta mampu membuat riuh kawasan tersebut di tengah situasi cuaca yang kurang bersahabat.



Acara tersebut kemudian diakhiri dengan closing statement oleh Kabid Linjamsos, pak Mustofa, SE terkait tugas dan posisi (tupoksi) strategis  pendamping sosial PKH dalam pengentasan kemiskinan. Dalam melaksanakan tugas mulia tersebut pendamping tidak boleh bekerja sendiri-sendiri, harus kompak, menaati peraturan dan yang terpenting tidak boleh menyalahgunakan wewenang dan jabatan.



Selanjutnya pada hari kedua, 03 November 2019 bertempat di Tara Hotel Yogyakarta semua SDM wajib mengikuti sesi Peningkatan Kapasitas SDM PKH lanjutan dari rangkaian acara kemarin  dengan tema,  PENINGKATAN KUALITAS SDM PKH TERKAIT POSISI STRATEGIS PKH DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMISKINAN dengan narasumber Drs. Prih Wardoyo, MPA dari BBP3KS Regional III Kemensos RI di Yogyakarta dan Feri Istanto, S.Sos,M.Ec.dev dari Dinsos Sleman.

Dalam sesi tersebut banyak pelajaran yang bisa diambil terkait manajemen PKH baik di lapangan dan di kantor terutama menghadapi tuntutan jaman yang mengharuskan setiap data bisa terupdate sesuai fakta yang ada.


Dari Pak Prih yang merupakan Widya Iswara senior, banyak narasi-narasi dan pengalaman baru yang bisa disuritauladani selain belajar angka-angka dan data kemiskinan di Jawa Timur dan kebijakan pemda dan pemprov dalam mengatasi hal tersebut. Semisal solusi jitu bagaimana pendamping sosial PKH harus memposisikan dirinya di lapangan agar tetap fokus dalam pemberantasan kemiskinan dan juga etos kerja di lapangan.

Ada beberapa etos kerja unggul yang dipaparkan oleh beliau yaitu: Pertama, KERJA ITU IBADAH, Kerja adalah pengabdian, aku sanggup bekerja serius. Kedua, KERJA ITU SUCI, kerja adalah panggilanku, aku sanggup bekerja benar. Ketiga, KERJA ITU SENI, kerja adalah kesukaanku, aku sanggup bekerja kreatif. Keempat, KERJA ITU AMANAH, kerja adalah tanggungjawabku, aku sanggup bekerja tuntas. Kelima, KERJA ITU SEHAT, kerja adalah aktualisasi, aku sanggup bekerja keras. Keenam, KERJA ITU ANUGRAH , kerja itu kehidupan, aku sanggup bekerja hebat. Ketujuh, KERJA ITU KEHORMATAN, kerja adalah kewajibanku, aku sanggup bekerja unggul. Kedelapan, KERJA ITU MULIA, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna.

Karena itu Pak Prih menekankan untuk menjadi PENDAMPING SOSIAL yang SIP (Santun, Integritas dan Profesional) dan merujuk pada Praktik-praktik profesional pekerjaan sosial  agar dalam jangka waktu 6 tahun mampu menggraduasi 100% KPM dan jangan berpikir apabila semua KPM diwisuda ganti pendamping yang berposisi sebagai KPM karena pekerjaan sosial tidak akan pernah ada habisnya.
.
Demikian juga dari kasi Pemberdayaan Sosial Dinsos Sleman, pak Feri, yang membawakan makalah berjudul PERCEPATAN GRADUASI MANDIRI BAGI KPM PKH KABUPATEN SLEMAN yang menyoroti upaya percepatan graduasi dengan pendataan KPM tepat sasaran, memotivasi melalui P2K2 dan home visit dan juga dimotivasi melalui pertemuan khusus.

Selain itu, pak Kasi juga menyoroti terkait program paska graduasi dengan tetap menitikberatkan komplementaritas (BPNT, KUBE, KIS dan KIP), perlindungan sosial (JPS pendidikan dan JPS kesehatan) , bantuan modal (bantuan UEP PKH graduasi) dan penghargaan (semisal piagam dari bupati). Dari paparan tersebut, ada banyak pengalaman lapangan yang perlu ditindaklanjuti para pendamping Trenggalek utamanya terkait Sosialisasi Graduasi Sejahtera Mandiri (GSM).

Rangkaian acara Pembelajaran kemudian ditutup dengan sesi motivasi dengan menghadirkan motivator kelahiran Padang yang sudah lama menetap di Yogyakarta yaitu Kiki F. Wijaya. Motivator handal ini tidak saja mampu membuat semangat para peserta PKH, tetapi juga mampu membangkitkan kesadaran kolektifitas yang penuh dengan empati dan simpati sehingga diharapkan nantinya para peserta ketika sudah di lapangan mampu memanajemen dan mengontrol emosi, kesadaran untuk berbagi dan mengurangi egosentrisme.(131119/P2U)

Sabtu, 28 September 2019

MEMAKSIMALKAN POTENSI DI PUNCAK MIRI


Di hari ke 28 bulan September tahun 2019 ini tanpa ragu aku gas motor bebekku ke arah salah satu dusun di Desa Mlinjon Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek. Meskipun hari ini sabtu, tak menyurutkan semangatku untuk bertemu dengan ibu-ibu KPM PKH dampinganku. Dusun Miri, bagi yang belum akrab dengan daerah ini pasti bilang “wow, mbak njenengan wantun minggah?”.  Tak heran, karena untuk mencapai lokasi Miri ini dibutuhkan keberanian. Selain melewati tanjakan curam yang dikenal dengan sebutan tumpak tekek, kondisi jalanpun terbilang tidak mulus karena rabat betonnya sudah banyak yang rusak.


Bulan ini jadwal P2K2 untuk kelompok Miri Regular, anggotannya terdiri dari KPM PKH kohort 2013 dan 2016 yang berjumlah 30 orang. Bertempat di kediaman Ibu Marikem RT 32 RW 8, kami akan belajar bersama Modul Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha. Tepat pukul 8.30 sesi yang ketiga yaitu Memulai Usaha dilanjutkan  dengan  menggali potensi yang dapat dikembangkan di daerah dan kelompok tersebut. Materi di Modul sudah tersampaikan dibulan sebelumnya. 

Di luar dugaan, ternyata dikelompok ini sudah ada beberapa KPM yang memilik usaha. Bu Nyami, beliau membuat kue dan menjajakannya di lingkungan sekolah, beberapa KPM membuat kerajinan dari anyaman bambu yang sering disebut pithi. Ada juga yang membuat tas dari limbah gelas plastik. Dan yang lagi trending topik dikalangan KPM dampinganku adalah membuat wadah ikan dari bambu. Reyeng, hari ini kami akan belajar cara membuatnya.

Beberapa KPM sudah mahir membuat reyeng, mereka juga sudah bisa menikmati hasil dari usaha ini. Oleh karena itu, para renyenger ini ingin membagikan ilmunya kepada anggota kelompok lainnya yang belum memiliki usaha agar bisa maju bersama. Syukurlah, anggota yang lainpun menanggapinya dengan penuh kegembiraan dan semangat yang luar biasa.

Dengan antusias kami belajar membuat reyeng bersama mulai dari pemotongan bambu. Tipsnya pilih bambu yang masih basah agar mudah dipasah. Potongan bambu itu ada 3 yakni ukuran 18cm dan 25cm untuk alas dan 55 cm untuk bagian pinggir reyeng. Bagian alasnya dianyam menggunakan cetakan dengan tujuan agar ukurannya sama besar dengan jumlah pasahan bambu yang panjang 4 lajur dan yang pendek 6 lajur. Kemudian anyam bagian pinggirnya dengan dinam wareg. Selesai itu dibagian paling atas kunci  dengan tali yang terbuat dari serpihan bambu yang dinam wareg juga. Terakhir, rapikan dengan memotong sisa bambu yang tidak terpakai menggunakan gunting khusus.


Antusias para KPM PKH kelompok MIRI REGULAR ini begitu luar biasa, baik ketika menerima materi dan juga ketika melakukan pelatihan membuat kerajinan reyeng ini. Harapan mereka begitu besar untuk mencapai kesejahteraan. Dengan memiliki usaha mereka becita-cita untuk dapat menabung. Karena selama ini pendapatan keluarga mereka masih tergolong kecil. “Cukup damel betah saben dinten lan mbayar sekolah lare sampun alhamdulillah bu.,” begitulah kalimat yang sering aku dengar.  Kesadaran tentang pentingnya menabung agar terhindar dari hutang dan untuk memenuhi kebutuhan darurat sudah mulai terbangun. (RMA)

Kamis, 19 September 2019

FDS Fokus : Prioritas Penanganan Stunting di Kabupaten Trenggalek


Trenggalek (18/19). Kabupaten Trenggalek ditetapkan sebagai daerah prioritas penanganan stunting dari 100 Kab./ kota. Alasan ini kemudian PPKH Kab. Trenggalek melakukan Pelatihan mandiri (coaching) P2K2 fokus untuk modul kesehatan dan gizi. Kegiatan ini dilaksanakan di aula kwarcab pramuka Kabupaten Trenggalek yang diikuti oleh 12 orang  pendamping sosial PKH dari tujuh kecamatan. Sedangkan fasilitatornya dari SDM PKH yang sudah pernah mendapatkan diklat FDS, yakni pendamping sosial PKH Kec. Trenggalek Nurmaliah sa'anin, Kec. Suruh Nuryanto dan Peksos SPV PKH Kab. Trenggalek. Rangkaian kegiatan FDS Fokus sebelum dilaksanakan pelatihan mandiri terlebih dahulu peksos SPV melakukan penyisiran data anak KPM PKH khususnya anak balita yang masuk stunting.


Turut hadir bapak budiono kasi jamsoskel dan kabid linjamsos Bapak Mustofa yang sekaligus membuka kegiatan pelatihan mandiri. Bapak kabid mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk bagian integritas SDM PKH yang peka terhadap permasalahan stunting. Harapannya jangan sampai ada lagi anak KPM PKH yang stunting, dan harusnya tidak terjadi karena bantuan sosial yang diterima bisa membantu memenuhi kebutuhan gizi anaknya.

Pada bulan februari 2019 PPKH Kab. Trenggalek melalui Dinsos, PPPA bersurat kepada Dinkes Kab. Trenggalek untuk memperoleh data anak yang masuk kategori stunting. Selain itu untuk memastikan perkembangan data terkini, pendamping sosial juga langsung mengkonfirmaasi kepada bidan desa dan posyandu untuk verifikasi data anak KPM PKH yang stunting. Data tersebut sebagai langkah awal untuk intervensi stunting di Trenggalek.


Family development session (FDS) Fokus merupakan salah satu implementasi Manajemen Kasus bagi Peksos Supervisor sebagai bagian dari upaya implementasi kejadian kusus. FDS untuk tujuan penanganan kasus spesifik yang dialami oleh KPM atau Anggota Keluarganya. 


FDS atau dalam istilah formalnya disebut Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) merupakan kegiatan memberikan edukasi kepada KPM PKH untuk meningkatkan kapasitas kemampuan keluarga. KPM dimampukan dalam beberpapa hal yang terangkum dalam 5 modul diantaranya modul pengasuhan dan pendidikan anak, modul pengelolaan ekonomi keluarga, modul kesehatan dan gizi, modul perlindungan anak dan modul kesejahteraan sosial. Kelima modul tersebut wajib tersampaikan kepada KPM. Model penyampaian bisa sesuai dengan kondisi dan kebutuhan KPM seperti misalnya yang saat ini FDS Fokus yang dilaksanakan oleh PPKH Kab. Trenggalek.


Lokus yang menjadi prioritas ada di tujuh kecamatan 10 desa yakni kecamatan Trenggalek desa dawuhan, kecamatan bendungan desa botoputih, kecamatan pogalan desa kedunglurah, kecamatan gandusari desa jajar, kecamatan Dongko desa cakul, kecamatan karangan desa kayen, kecamatan suruh, desa puru, desa nglebo, desa mlinjon, desa ngrandu.

PKH ikut andil dalam penangan dan pencegahan stunting karena bantuan sosial yang diterima setiap tiga bulan sekali bisa dipergunakan untuk membeli kebutuhan nutrisi dan gizi ibu hamil dan balita, serta KPM dibekali kemampuan life skill melalui P2K2. (spv)