Tampilkan postingan dengan label Kisah Pendampingan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Pendampingan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Desember 2020

Pendamping Sosial PKH Kecamatan Suruh Turut Sosialisasi Cegah Stunting



Pertemuan kali ini bersama ibu-ibu yang memiliki balita, bertujuan untuk mengurangi dan mencegah kasus Stunting di wilayah Desa Mlinjon Kecamatan Suruh. Sosialisasi dilaksanakan di balai desa Mlinjon pada hari Jum’at tanggal 04 Desember 2020 jam 10 pagi dihadiri pihak desa, bidan desa, berserta undangan 40 orang. 

Pertama acara dibuka oleh Sekdes Desa Mlinjon, beliau menyampaikan “angka stunting di desa Mlinjon masih tinggi, oleh karena itu merupakan tugas kita bersama untuk mengatasi itu semua”. Disamping itu Sekdes juga menyampaikan angka kasus Covid-19 terus meningkat dan menghimbau kepada masyarakat untuk selalu mematuhi protocol kesehatan, selalu menjaga pola hidup sehat, selalu pakai masker, rutin cuci tangan setiap melakukan kegiatan.



Bu Ika selaku Bidan desa menyampaikan “stunting itu bisa dicegah, sejak dalam usia kandungan itu perlu nutrisi yang cukup”. Juga disampaikan oleh bu Ika “balita harus rutin datang ke posyandu setiap bulannya untuk mengetahui tumbuh kembang anak”. Sehingga dengan rutin datang ke posyandu ibu dan petugas Kesehatan akan tahu lebih awal jika ada gejala gizi buruk bahkan gejala yang mengarah ke stunting. Bu Ika berpesan “pun ngantos kesupen nggeh bu, kedah rutin tindak Posyandu”.


Dari sudut kesehatan dijelaskan secara gamblang oleh tenaga kesehatan. Nuryanto selaku pendamping sosial PKH Kecamatan Suruh menjelaskan tentang pola asuh pada anak. Nuryanto menjelaskan bahwa anak memiliki hak, dan hak dasar tersebut merupakan tugas utama orang tua, dan juga anak harus bebas dari segala bentuk kekerasan. Secara garis besar kekerasan pada anak ada 4 macam, yaitu : kekerasan emosional, penelantaran anak, kekerasan fisik, kekerasan seksual. Anak merupakan asset paling berharga, kita sebagai orangtua harus melindungi anak dari segala bentuk kekerasan. Nuryanto menyampaikan “tugas orangtua melindungi anak saking kekerasan nggeh bu, pun ngantos malah dados peladu kekerasan” tegasnya.

Ditulis oleh : Nuryanto Korcam PKH Suruh

Selasa, 15 September 2020

KPM PKH Belajar Merajut Konektor Masker

 

Bagian dari kegiatan di PKH yakni melaksanakan Pertemuan peningkatan kemampuan keluarga biasa di singkat P2K2 atau yang juga lebih familiar dikenal pertemuan kelompok (PK). Kali ini kegiatan P2K2 beda, KPM PKH dusun Ponggok Desa Karanganyar, kec. Pule diajari merajut tali menjadi konektor masker oleh Triana Ratnaningsih selaku Pendamping sosial PKH.  (14/19)

Pelatihan ini sebagai implementasi dari modul pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha sesi memulai usaha. Hal ini sejalan dengan tujuan PKH untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dimana bantuan PKH bisa digunakan untuk memulai usaha.

"Dari pada ngrumpi saja, namun kita juga bisa menghasilkan uang dengan merajut", ungkap triana.
 

Sebagai besar ibu ibu KPM PKH disini lebih banyak kerja di sektor pertanian dan juga hanya mengasuh anak. Tentunya hal ini masih cukup banyak waktu luang yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan menghasilkan uang. Terlebih pada kondisi pandemik dimana memakai masker menjadi kebiasaan baru yang setiap orang memakai.

"Jangan khawatir untuk penjualan kami bantu, karena saya sudah punya pasar untuk menjual produk konektor masker", ujarnya lagi.
 

Kegiatan ini mendapatkan respon positif dari pemerintah desa Karanganyar untuk mensupport pelatihan ini dengan kehadiran Supiyani istri kepala Desa Karanganyar. Beliau mengucapkan terima kasih kepada pendamping PKH yang telah membantu warganya lebih produktif.

Proses pelatihan awal ini mereka diajari dasar dasar merajut seperti tusuk rantai, single C dan slipstik (mengunci). Sedangkan bahan yang dibutuhkan diantaranya benang, hakpen dan kancing baju.
 

Antusiasme dan semangat peserta terbukti membuahkan hasil, dipertemuan awal ini sudah ada yang berhasil membuat satu buah konektor masker. Ags
 

 

Kamis, 23 Juli 2020

Graduasi Mandiri di Tengah Pandemi Covid 19


Kaya dan miskin itu bukan hanya diukur dari banyaknya materi, tapi lebih kepada rasa syukur dan kerendahan hati. Sepertinya kalimat itu sangat pantas disematkan kepada ibu Tumini, ibu suratin dan ibu Mita KPM PKH desa Senden. Mereka memilih mundur dari kepesertaan program keluarga harapan dengan alasan sederhana, merasa bersyukur dengan rizki yang telah diberikan Tuhan dan juga berharap bantuan bisa di berikan kepada orang yang lebih tepat secara ekonomi jauh dibawah mereka. Ditengah pandemi covid 19 yang berdampak melemahnya sebagian besar ekonomi masyarakat, mereka tetap kukuh dengan keyakinannya. Ditengah realita masyarakat yang ribut ingin mendapatkan bantuan, masih kita temukan keluarga keluarga hebat dengan semangat mandiri tidak bergantung pada bantuan pemerintah.

Ibu tumini dengan latar belakang pekerja pecah batu ini mengatakan memilih mundur karna masih banyak yg perlu dibantu, sementara dia dan keluarga masih bisa mencari ekonomi untuk keperluna keluarga. Juga demikianTak jauh beda dengan bu suratin yang kesehariannya membuat reyeng.

"walau bapak cuma petani dan mencari tambahan menjadi jasa tukang pijit, tapi kami merasa sudah cukup berterimakasih dibantu oleh pemerintah selama ini"ujarnya.

Berbeda dengan ibu mita, janda satu anak yang pernah bekerja di luar negeri untuk mencukupi kebutuhannya. Ia memilih mundur karena sudah memiliki sedikit modal untuk berencana memulai usaha. 


Potret keluarga keluarga hebat ini patut kita jadikan refleksi bahwa kerendahan hati bisa menjadi awal langkah yang lebih baik, selama Tuhan masih memberikan kekuatan, selama itu pula manusia akan tetap berusha. Siklus hidup akan terus berputar dan disitulah Tuhan ada di tengah tengah kita. 
(Gus Syamsul Nur Arifin, Pendamping Sosial PKH Kecamatan Kampak)

Sabtu, 28 September 2019

MEMAKSIMALKAN POTENSI DI PUNCAK MIRI


Di hari ke 28 bulan September tahun 2019 ini tanpa ragu aku gas motor bebekku ke arah salah satu dusun di Desa Mlinjon Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek. Meskipun hari ini sabtu, tak menyurutkan semangatku untuk bertemu dengan ibu-ibu KPM PKH dampinganku. Dusun Miri, bagi yang belum akrab dengan daerah ini pasti bilang “wow, mbak njenengan wantun minggah?”.  Tak heran, karena untuk mencapai lokasi Miri ini dibutuhkan keberanian. Selain melewati tanjakan curam yang dikenal dengan sebutan tumpak tekek, kondisi jalanpun terbilang tidak mulus karena rabat betonnya sudah banyak yang rusak.


Bulan ini jadwal P2K2 untuk kelompok Miri Regular, anggotannya terdiri dari KPM PKH kohort 2013 dan 2016 yang berjumlah 30 orang. Bertempat di kediaman Ibu Marikem RT 32 RW 8, kami akan belajar bersama Modul Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha. Tepat pukul 8.30 sesi yang ketiga yaitu Memulai Usaha dilanjutkan  dengan  menggali potensi yang dapat dikembangkan di daerah dan kelompok tersebut. Materi di Modul sudah tersampaikan dibulan sebelumnya. 

Di luar dugaan, ternyata dikelompok ini sudah ada beberapa KPM yang memilik usaha. Bu Nyami, beliau membuat kue dan menjajakannya di lingkungan sekolah, beberapa KPM membuat kerajinan dari anyaman bambu yang sering disebut pithi. Ada juga yang membuat tas dari limbah gelas plastik. Dan yang lagi trending topik dikalangan KPM dampinganku adalah membuat wadah ikan dari bambu. Reyeng, hari ini kami akan belajar cara membuatnya.

Beberapa KPM sudah mahir membuat reyeng, mereka juga sudah bisa menikmati hasil dari usaha ini. Oleh karena itu, para renyenger ini ingin membagikan ilmunya kepada anggota kelompok lainnya yang belum memiliki usaha agar bisa maju bersama. Syukurlah, anggota yang lainpun menanggapinya dengan penuh kegembiraan dan semangat yang luar biasa.

Dengan antusias kami belajar membuat reyeng bersama mulai dari pemotongan bambu. Tipsnya pilih bambu yang masih basah agar mudah dipasah. Potongan bambu itu ada 3 yakni ukuran 18cm dan 25cm untuk alas dan 55 cm untuk bagian pinggir reyeng. Bagian alasnya dianyam menggunakan cetakan dengan tujuan agar ukurannya sama besar dengan jumlah pasahan bambu yang panjang 4 lajur dan yang pendek 6 lajur. Kemudian anyam bagian pinggirnya dengan dinam wareg. Selesai itu dibagian paling atas kunci  dengan tali yang terbuat dari serpihan bambu yang dinam wareg juga. Terakhir, rapikan dengan memotong sisa bambu yang tidak terpakai menggunakan gunting khusus.


Antusias para KPM PKH kelompok MIRI REGULAR ini begitu luar biasa, baik ketika menerima materi dan juga ketika melakukan pelatihan membuat kerajinan reyeng ini. Harapan mereka begitu besar untuk mencapai kesejahteraan. Dengan memiliki usaha mereka becita-cita untuk dapat menabung. Karena selama ini pendapatan keluarga mereka masih tergolong kecil. “Cukup damel betah saben dinten lan mbayar sekolah lare sampun alhamdulillah bu.,” begitulah kalimat yang sering aku dengar.  Kesadaran tentang pentingnya menabung agar terhindar dari hutang dan untuk memenuhi kebutuhan darurat sudah mulai terbangun. (RMA)

Selasa, 09 April 2019

PENDAMPINGAN ANAK KPM PKH TIDAK MAU SEKOLAH


Jam digital di tangan sudah menunjukkan pukul 13:45, tak terasa hampir 1 jam P2K2 di Kebonsari berlangsung di sabtu siang ini, cuaca yang redup memaksa untuk mempercepat kegiatan Rutin bulanan yang menjadi kewajiban tiap penerima bantuan PKH. Pada hari ini kembali saya menyampaikan materi pengasuhan dan pendidikan bagi anak di dalam keluarga, selepas penutupan dan saya bersiap untuk ke kelompok selanjutnya, seorang anggota kelompok yang bernama bu Tumijah curhat bahwa anaknya yang bernama Agus Setiawan sudah berbulan-bulan tidak mau sekolah.

Dari informasi yang pendamping dapatkan dari pihak keluarga, kasus ini dimulai ketika Agus masuk sekolah setelah lama absen karena ijin khitan, saat masuk pertama kali dan kedapatan mau bolos, oleh salah satu gurunya, Agus diancam tidak naik kelas. Pernyataan itu langsung membuat mental Agus down, hingga tak ada lagi harapannya untuk terus sekolah.

Senin, 8 April 2019 saya mendatangi MTsN Munjungan, tempat sekolah Agus untuk mendapatkan klarifikasi dan mencari solusi bagi kasus ini. Disana bersama Bu Ika selaku Guru BK dan Bu Masit selaku Wali Kelas Agus kami berdiskusi dan akhirnya mendapatkan jawaban jelas. Dari hasil pertemuan saya dengan pihak sekolah, ditemukan fakta bahwa informasi agus tidak akan dinaikkan kelas itu salah, karena ujian semester belum dimulai dan masih ada kesempatan untuk agus mengikuti pelajaran sebelum mengikuti ujian semester.

Selepas mendapatkan kejelasan nasib Agus, saya langsung pamit dan menuju rumah Bu Tumijah, disana kusampaikan hasil pembicaraan dengan pihak sekolah, serta kejelasan nasib sekolah Agus. Bersama Ibu Tumijah dan Bapak Senen, kami membujuk Agus agar mau untuk sekolah kembali, awalnya agus menolak karena seragam sekolahanya dipinjam oleh temannya dan belum dikembalikan, namun akhirnya dia mau karena ibunya berjanji mencarikan seragam lagi.

Keesokan harinya, pukul 06:30 ku jemput Agus di rumahnya untuk ku antar ke sekolah. Di sekolah bersama Bu Ika, Bu Masit serta Pak Mul sebagai WAKA Kesiswaan, kami telah sepakat bahwa kasus seperti ini bisa segera teratasi ketika berbagai pihak mau untuk bekerja sama, utamanya pihak keluarga dan sekolah. Dalam hal ini Posisi Pendamping sebagai penyambung sekolah dan keluarga saat diperlukan ketika kasus terjadi pada penerima bantuan PKH.

By; Pendamping PKH Karangturi-Munjungan ( Agus Supiyan Hadi)