Kamis, 14 Maret 2019

Mbak Sutrisni, Pemilik Toko Kue Online "BUNDA SASA" Ikhlas Graduasi Mandiri




Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) baru saja usai saya laksanakan di rumah ketua kelompok, mbak Khusnul Khotimah dsn Guyang Gajah RT 11 RW 02 desa Kamulan kec. Durenan. Pertemuan  saya isi dengan tiga tema di luar FDS yaitu sosialisasi bantuan PKH, pengenalan lebih jauh tentang BPNT dan Graduasi Mandiri.

Kegiatan berjalan lancar tanpa ada begitu banyak pertanyaan dari peserta. Bisa jadi karena kpm ingin cepat pulang mengingat cuaca mulai mendung dan tidak bersahabat. Sebelumnya, empat hari lalu angin puting beliung disertai hujan deras juga baru menerpa. Sehingga wajah-wajah cemas nampak begitu kentara sekali.

Ketika KPM mulai berpamitan satu persatu, ketua kelompok menggamit saya, "pak ada sms dari anggota...."

Saya segera mendekat, "sms apa mbak?"

Mbak Khusnul nampak serius membaca hp jadulnya, "hem, anu pak... mbak Sutrisni minta digraduasi mandiri."

Agak kaget juga saya mendengarnya, "tadi saya tanya kok nggak ada yang menjawab ya soal siapa yang mau mundur...."

"Mungkin malu, pak." Sahut ketua kelompok sembari tetap menatap layar hp-nya dengan serius.

"Ok, biar saya sowani saja mbak...."

Hari berlalu. Keinginan saya untuk ketemu mbak Sulistri tidak langsung kesampaian karena ada beberapa agenda lain yang harus saya kerjakan dan kebetulan beberapa hari kemudian Trenggalek diterjang banjir. Saya fokus menjadi relawan membantu TAGANA ikut mendirikan dapur umum.

Baru hari senin, tanggal 11 maret 2019 saya mendatangi kediaman ibunya mbak Sutrisni sepulang dari kantor kecamatan. Alamat ibu Robiah RT 08 RW 02 merupakan alamat ibu Sutrisni waktu terdata sebagai KPM PKH. Sedangkan saat beliau meminta graduasi, alamat sudah pindah ke RT 01 RW 01 desa Semarum kec. Durenan walau belum pindah KTP.

Tidak sulit mencari alamat dimaksud, karena berada di daerah pemukiman yang lumayan padat penduduk di belakang pasar Kamulan.

Kedatangan saya disambut dengan senyum cerah oleh mbak Sutrisni, sehingga saya semakin yakin bahwa beliau memang sudah berpikir matang soal keputusannya untuk ikut graduasi mandiri.

Benar saja, tanpa dialog yang panjang kali lebar langsung saja surat bermaterai yang saya sodorkan diisi dengan tenang olehnya. Juga ketika saya meminta pengambilan gambar untuk kesaksian bahwa beliau memang bersungguh-sungguh.

Mbak Sutrisni yang lahir pada tanggal enam juli 1983 tersebut mengisahkan awal mula kenapa dia bisa sampai terdata dalam kepesertaan PKH.

Putri dari delapan bersaudara (satu meninggal karena kanker sumsum tulang belakang) mengisahkan mulai dari lulus sekolah dan bekerja sebagai penunggu wartel yang lagi marak pada saat itu.

Tak berapa lama, tahun 2007 ia memutuskan untuk menikah dengan Zainal Arifin yang berprofesi sebagai karyawan sebuah bengkel dinamo.

Selepas menikah, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke kalimantan. Hingga pada tahun 2008 mbak Sutrisni melahirkan bayi mungil Salsa Fitriatul Jannah.

Kelahiran anak pertama memaksa mereka untuk pulang kampung. Tapi tidak lama kemudian, mas Zaenal suaminya kembali ke Kalimantan.

Saat itu, mbak Sutrisni hidup di rumah orang tuanya yang sederhana (rumah itu kemudian dibongkar dan direhab oleh adik bungsunya yang bekerja di Hongkong beberapa tahun kemudian).

Satu tahun di kalimantan sendirian ternyata membuat mas Zaenal tidak betah dan memilih pulang. Sehingga pada tahun 2009 sampai tahun 2014 keluarga ini hanya hidup pas-pasan karena suami mbak Sutrisni hanya bekerja serabutan untuk menghidupi keluarganya.

Titik balik terjadi saat keluarga mas Zaenal ada yang sukses dan mampu membangun rumah setelah bekerja di Malaysia. Dengan ijin dari istrinya maka berangkatlah mas Zaenal ke negeri jiran untuk mengadu nasib.

Dan benar saja, tidak lama kemudian ringgit pun mulai mengalir dan mbak Sutrisni membelanjakan uang suaminya untuk membikin pondasi  rumah dan dilanjut dengan pendirian secara permanen.

Tahun 2016, adanya perluasan penerima PKH menjadikan mbak Sutrisni salah satu keluarga penerima manfaat. Disyukuri saja, begitu katanya sambil tersenyum. Dana benar-benar dia gunakan untuk keperluan anaknya bersekolah.

Dan berikutnya, setelah dirasa rumahnya layak huni, mbak Sutrisni memberanikan diri untuk membikin usaha kecil-kecilan agar uang dari suami bisa berputar dan bisa dijadikan usaha kelak jika sudah pulang ke rumah.

Maka dia memberanikan diri untuk berjualan kue ulang tahum online dengan label "bunda Sasa".

Alhamdulillah, pesanan mulai mengalir. Bahkan beberapa kolega yang ikut keluar negeri pun tak lupa memesan kue buatannya untuk di bawa. Tercatat yang terakhir, kue buatannya sampai ke Malaysia.

Selamat nggih mbak.... Usaha sampean dan keinginan untuk keluar dari PKH merupakan contoh yang baik bagi pemberdayaan dan sekaligus peningkatan kemampuan keluarga.

Semoga kedepannya makin laris dan bisa menjadi contoh konkrit memutus mata rantai kemiskinan.

Salam PKH !!! (P2U)

Ditulis Oleh Pendamping sosial Kecamatan Durenan

Contoh Produk KPM Graduasi Mandiri
Kue Ultah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar