Selasa, 09 April 2019

PENDAMPINGAN ANAK KPM PKH TIDAK MAU SEKOLAH


Jam digital di tangan sudah menunjukkan pukul 13:45, tak terasa hampir 1 jam P2K2 di Kebonsari berlangsung di sabtu siang ini, cuaca yang redup memaksa untuk mempercepat kegiatan Rutin bulanan yang menjadi kewajiban tiap penerima bantuan PKH. Pada hari ini kembali saya menyampaikan materi pengasuhan dan pendidikan bagi anak di dalam keluarga, selepas penutupan dan saya bersiap untuk ke kelompok selanjutnya, seorang anggota kelompok yang bernama bu Tumijah curhat bahwa anaknya yang bernama Agus Setiawan sudah berbulan-bulan tidak mau sekolah.

Dari informasi yang pendamping dapatkan dari pihak keluarga, kasus ini dimulai ketika Agus masuk sekolah setelah lama absen karena ijin khitan, saat masuk pertama kali dan kedapatan mau bolos, oleh salah satu gurunya, Agus diancam tidak naik kelas. Pernyataan itu langsung membuat mental Agus down, hingga tak ada lagi harapannya untuk terus sekolah.

Senin, 8 April 2019 saya mendatangi MTsN Munjungan, tempat sekolah Agus untuk mendapatkan klarifikasi dan mencari solusi bagi kasus ini. Disana bersama Bu Ika selaku Guru BK dan Bu Masit selaku Wali Kelas Agus kami berdiskusi dan akhirnya mendapatkan jawaban jelas. Dari hasil pertemuan saya dengan pihak sekolah, ditemukan fakta bahwa informasi agus tidak akan dinaikkan kelas itu salah, karena ujian semester belum dimulai dan masih ada kesempatan untuk agus mengikuti pelajaran sebelum mengikuti ujian semester.

Selepas mendapatkan kejelasan nasib Agus, saya langsung pamit dan menuju rumah Bu Tumijah, disana kusampaikan hasil pembicaraan dengan pihak sekolah, serta kejelasan nasib sekolah Agus. Bersama Ibu Tumijah dan Bapak Senen, kami membujuk Agus agar mau untuk sekolah kembali, awalnya agus menolak karena seragam sekolahanya dipinjam oleh temannya dan belum dikembalikan, namun akhirnya dia mau karena ibunya berjanji mencarikan seragam lagi.

Keesokan harinya, pukul 06:30 ku jemput Agus di rumahnya untuk ku antar ke sekolah. Di sekolah bersama Bu Ika, Bu Masit serta Pak Mul sebagai WAKA Kesiswaan, kami telah sepakat bahwa kasus seperti ini bisa segera teratasi ketika berbagai pihak mau untuk bekerja sama, utamanya pihak keluarga dan sekolah. Dalam hal ini Posisi Pendamping sebagai penyambung sekolah dan keluarga saat diperlukan ketika kasus terjadi pada penerima bantuan PKH.

By; Pendamping PKH Karangturi-Munjungan ( Agus Supiyan Hadi)

Senin, 08 April 2019

UPAYA MENGURANGI SAMPAH PLASTIK, DINSOS P3A MELATIH KPM PKH MEMBUAT ANYAMAN BAMBU



Watulimo, 08 April 2019. Sebanyak 20 peserta KPM PKH mengikuti pembukaan pelatihan pembuatan nyaman dari bambu bagi kelompok usaha bersama (KUBE PKH). Kegiatan ini dilaksanakan dirumah ibu Ngainem  Rt 5 rw 2 KPM PKH Desa Watulimo. 


Peserta pelatihan merupakan pilihan dari KPM PKH yang masih produktif, diwakili oleh masing-masing desa se Kecamatan Watulimo. Peserta yang dipilih tersebut yakni KPM yang memiliki keahlian atau sudah terbiasa membuat "reyeng".
Dalam sambutan mas Mustofa Plt. Kabid Linjamsos menyampaikan bahwa pelatihan ini akan dilaksnakan selama 6 hari kedepan, harapannya semua peserta bisa aktiv dan jangan sampai absen dari kegiatan pelatiahan. Karena tahun ini terakhir untuk melatih KPM PKH dari beberpa kali pelatihan yang telah selesai ditahun lalu, dan kebetulan dipilih kecamatan watulimo sebagai sasaran penerima pelatihan. Karena tidak semua KPM mendaptakan kesempatan ini dimohon untuk bisa dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin, Imbuhnya.

Kecamtan Watulimo sangat tepat untuk dikembangkan berbagai produk yang bisa dijual ditempat-tempat wisata terutama sebagai cindera mata yang terbuat dari anyaman bambu. Mengingat juga ketersediaan bahan baku bambu yang cukup banyak ini menjadi nilai tambah untuk bisa dikembangkan lagi. 

Menurut pak Tohir, saat ini bahan baku dari bambu diwilayah watulimo lebih banyak digunakan untuk membuat reyeng atau tempat ikan pindang yang harganya tidak seberapa. Nah dengan dilatih mengembangkan bentuk anyaman dengan berbagai motif dan bentuk sehingga meningkatkan nilai jual, tandasnya.

Berbagai macam potensi terasebut jika dioptimalkan maka tentu sacara bertahap akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut diantaranya sumber daya alam dan potensi dikawasan wisata. Tinggal bagaimana meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan berbagai potensi yang ada tersebut.

Selain itu pak Suhadi kasi kesra kecamatan watulimo juga menghimbau kepada peserta pelatihan untuk kiranya hasil pelatihan ini tidak hanya untuk dimiliki sendiri namun juga agar bisa di "gethok tularkan" dengan siapapun yang minat dengan pembuatan aneka anyaman. Senada juga disampaikan oleh perangkat desa watulimo, dan menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya karena telah ditunjuk menjadi tempat pelatihan.

Adapun sebagai instruktur kegiatan pelatihan ini yaitu bapak Katno dari wonoanti kec. Gandusari. Beliau pengrajin anyaman bambu yang hasil produknya sudah sampai ke manca negara.
Diawal kegitan pembukaan ini pak katno berpesan kepada peserta peltihan, kunci kesuksesan dalam memproduksi hasil karya ini adalah serius dan tekun. Memahami setiap tahapan sampai dengan finishing. Meskipun saat ini nanti ada yang hanya bisa menganyam saja, kami menerima hasil anyaman mentah untuk kami oleh, pungkas pak katno.
Diakhir sambutan mas tofa menyampaikan juga instruksi dari bupati Trenggalek bahwa untuk mengurangi sampah plastik dihimbau segala bentuk kegiatan dilingkungan pemerintah daerah untuk sedianya menggunakan bahan-bahan yang mudah diurai oleh tanah, seperti wadah makanan minuman dan lain-lain. Hal ini bisa juga menjadi peluang untuk memproduksi "besek" sebagai wadah makanan.Spv

Jumat, 29 Maret 2019

RAPAT KOORDINASI PELAKSANA PKH KABUPATEN TRENGGALEK

Trenggalek (29/03/2019). Bertempat di aula Dinas Pariwisata kab. Trenggalek, telah diadakan Rakor para pendamping seluruh kabupaten.

Pada pertemuan yang juga dihadiri oleh ibu dokter Ratna Sulistyowati selaku KADINSOS & P3A, Bapak Suparlan selaku Kabid fakmis, Bapak Mustofa selaku plt kabid linjamsos, Bapak Budi selaku kasi linjamsos, dan korwil Jatim 4 Bapak Agus Surya.

Pada kesempatan tersebut ibu Ratna menyampaikan banyak catatan kepada pendamping sebagai bentuk evaluasi kinerja diantaranya adalah molornya waktu pelaksanaan dan banyaknya sdm yang datang terlambat.

Mengingat era milineal yang menuntut banyak profesionalisme dalam menjalankan tupoksi maka bu kadin meminta dengan sangat adanya perubahan mental dan peningkatan disiplin. 

Selain persoalan sdm, beliau juga menyoroti persoalan-persoalan pendampingan sosial yang masih bermunculan di lapangan dan terus mendorong para pendamping untuk terus mensosialisasikan graduasi mandiri sebagai upaya mempersempit angka kemiskinan.

Tak lupa beliau juga memuji kinerja dan kekompakan para pendamping di lapangan seperti yang dilakukan beberapa kecamatan.

Pada kesempatan yang sama, pembicara kedua Bapak Suparlan juga mewanti-wanti kepada pendamping dalam melaksanakan tupoksinya di lapangan karena distribusi bansos memiliki implikasi yang serius jika tidak dikerjakan dengan baik dan benar sesuai arahan tim koordinasi kabupaten / kota.

Selain itu, bansos juga melibatkan polri selaku pengawas sehingga diharapkan persoalan di lapangan bisa diminimalisir.

Bapak kabid yang juga ahli nyondro tsb juga mengingatkan agar pendamping selalu berkoordinasi dengan timkor kecamatan sehingga bisa mendeteksi sedini mungkin segala bentuk penyimpangan yang mungkin terjadi.

Korwil selaku pembicara ketiga juga mengungkapkan hal yang sama terkait persoalan sdm pkh dan bansos. Sebagai mantan pendamping yang mulai berkiprah tahun 2007 Bapak Agus mengungkapkan sejarah perkembangan pkh mulai dari sekedar pencairan hingga pada perkembangan new inisiative pkh yang mau tidak mau juga membawa konsekuensi logis bagi perkembangan kesejahteraan para pendampingnya.

Sesi selanjutnya diisi oleh Bapak plt Kabid yang menyoroti tentang kode etik dan tupoksi pendamping seperti bekerja purna waktu, tidak double job, tidak berkedudukan sebagai pengurus, anggota, atau berafiliasi ke parpol dan melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pendamping sosial dengan sebaik-baiknya.

Acara rakor ditutup dengan materi yang diberikan korkab terkait spj, seragam untuk sdm dan juga evaluasi kinerja pendamping selama tiga bulan terakhir. Tak lupa mas Agus Muji H. menekankan kembali tentang pekerjaan pemutakhiran epkh yang harus dilakukan oleh pendamping dengan tenggat waktu hingga tanggal 25 april 2019. (P2U)