Rabu, 19 Juni 2019

Halal Bihalal Dinsos, PPPA dan Rakor SDM PKH Kabupaten Trenggalek


Trenggalek, 18 Juni 2019. Suasana lebaran masih cukup terasa dibulan syawal meskipun secara tradisi di Trenggalek puncak perayaan idul fitri hanya sampai dihari ke -7. Momentum bulan syawal ini dimanfaatkan bagi instansi pemerintahan yang sudah masuk hari kerja sebgai sarana untuk kegiatan halal bihalal. Begitu juga di Lingkungan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Trenggalek juga menyelenggarakan hala bihalal bersama dengan segenap PSKS (Potensi sumber kesejahteraan sosial) yang mengangkat tema "Jadikanlah momentum halal bihalal ini sebagai sarana untuk saling memaafkan memperkuat hubungan silaturahmi, menjaga kerukunan dan kebersamaan".


Kegiatan tersebut diikuti sekitar 255 peserta meliputi pegawai Dinsos, PPPA, PSKS (Tagana, TKSK, Sakti Peksos, Korteks, Pengurus LKSA, SDM PKH, KSB, Petugas SLRT, Puskesos), dan mitra Dinsos baik perorangan maupun lembaga. Hadir pula dalam kegiatan tersebut Korwil Jatim 4 PKH Agus Surya Pramono.


Kepala Dinas Sosial, PPPA Kabupaten dr. Ratna Sulistyowati,M.Kes dalam sambutannya menyampaikan bahwa Dinas menjadi pusat koordinasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial, jumlah PSKS yang cukup banyak ini menjadi pioneer potensi sumber dalam membantu masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan sosial. Maka dari itu keluarga besar ini harus senantiasa diruwat dan dirawat sehingga terjalin kerjasama yang baik dengan demikian maka kerja-kerja sosial yang tentunya tidak bisa diselesaikan sendiri ini bisa menjadi ringan dan cepat. Selain itu juga momen ini sebagai sarana saling memaafkan antar sesama peserta yang hadir.

RAPAT KOORDINASI SDM PKH

Acara halal bihalal berakhir pukul 12.00 setelah rehat dilanjutkan dengan rakor SDM PKH dan masih ditempat yang sama untuk efektifitas waktu. Kegiatan rakor langsung dipimpin oleh Plt. Kabid Linjamsos Bapak Mustofa. Sambutan dan arahan dari Kabid Linjamsos menegaskan bahwa pemerintah Kabupaten Trenggalek sangat komitmen dan mensuport berbagai kegiatan Pelaksanaan PKH di Kab. Trenggalek agar bisa berjalan dengan maksimal.


Beberapa rencana yang dipersiapkan oleh Dinsos diantaranya mengagendakan monev langsung pelaksanaan P2K2 yang dilakukan oleh pendamping. Kegiatan ini sebagai upaya Dinas untuk memastikan pelaksanaan P2K2 tidak hanya sebatas pertemuan biasa, namun kualitas petemuan kelompok tersebut menjadi prioritas karena tujuan utamanya adalah adanya perubahan perilaku KPM (keluarga Penerima Manfaat) PKH. Pada bulan puasa kemarin sudah selesai dilaksanakan coaching P2K2 untuk modul PKPU yang dikoordinir oleh Peksos Supervisor.
Dianjutkan pak Kabid menyampaikan hasil laporan dari empat Korcam yang ditugaskan untuk menghadiri kegiatan Dinsos Provinsi Jatim Pada tanggal 13 s.d 14 Juni di Surabaya minggu kemarin yang pada intinya adalah untuk meningkatkan jumlah graduasi sejahtera mandiri KPM PKH. Strategi yang digunakan diantaranya, Dinsos telah menganggarkan melalui PAK untuk pengadaan stiker KPM PKH. Stiker tersebut nantinya akan ditempelkan dirumah KPM PKH yang sasaran utamanya itu KPM PKH yang terlihat mampu. Penempelan ini akan bekerjasama dengan satgas Bansos dan melibatkan pihak pemerintah desa untuk memfasilitasi penempelan stiker.

Dari perhitungan rasio target graduasi mandiri sesuai arahan dari Koreg (Koordinator Regional) PKH wilayah jawa, bahwa untuk Jawa Timur dengan SDM PKH sejumlah 5000 an Pendamping sosial ditargetkan masing-masing sebanyak 23-25 KPM PKH agar mereka bisa graduasi sejahtera mandiri. Berbagai upaya alternatif Untuk menyukseskan Graduasi Sejahtera Mandiri Dinsos juga akan mengangarkan pengadaan kuesioner hasil dari pertemuan para korcam (13-14 Juni), harapanya adalah pendamping bisa membuat perangkingan status sosial ekonomi KPM.

Dinsos saat ini juga telah melatih petugas operator SIKSNG (Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial - Next Generation) dari desa agar mereka juga bisa melakukan verivali data kemiskinan dilingkungannya dan kemudian dientri kedalam aplikasi SIKSNG sehingga data BDT (Basis Data Terpadu) kemiskinan menjadi valid. Hasil pemutahiran tersebut harapanya adalah data kemiskinan terupdate sehingga KPM yang status sosial ekonominya sudah kaya bisa digantikan dengan yang masih miskin.

Dalam kesempatan ini Korwil Jatim 4 juga mensosialisasikan dan menjelaskan secara gamblang perihal graduasi mandiri. Istilah graduasi mandiri disini ada tiga kategori yang dimaksud, pertama graduasi alamiah, graduasi ini karena KPM PKH sudah tidak memiliki komponen. Kedua, Graduasi mandiri KPM PKH dengan status ekonominya sudah mampu. Ketiga, Graduasi Sejahtera Mandiri, dimana KPM PKH karena memiliki usaha yang dikelola mulai kecil sehingga berkembang. Graduasi mandiri disini penekannya adalah adanya kesadaran dari KPM PKH yang sudah mampu untuk mau keluar dari kepesertaan PKH, biasanya ditunjukkan dengan surat pernyataan.


Korwil juga mengapresiasi upaya Pemkab Trenggalek untuk mensukseskan Graduasi Sejahtera Mandiri melalui berbagai macam inovasi. Seperti halnya penempelan Stiker sebagai penandaan identitas keluarga penerima bansos, namun korwil menegaskan untuk penggunaan bahasa jangan memakai kata MISKIN sesuai dengan surat edaran Dirjen Linjamsos, karena hal itu sama dengan labelisasi yang menurunkan martabat manusia. Selain itu juga pendamping sosial PKH harus telaten menjelaskan status kepertaan PKH dan komplementaritas yang dimiliki, pungkas korwil.

Di akhir sambutan Pak Tohir Kasi kebencanaan yang dulu juga sebagai mantan kasi yang membidangi PKH berpesanan agar kita sebagai pendamping sosial bekerja menggunakan prinsip pekerjaan sosial harus punya seni dalam memperlakukan KPM karena tujuan utamanya adalah perubahan perilaku. (spv)

Rabu, 10 April 2019

BERKAT PELATIHAN DARI DINSOS TRENGGALEK, BU YUN LULUS DARI KEPESERTAAN PKH



Qurrotun A'yuni seorang ibu rumah tangga yang terampil membuat aneka jajanan, beralamat di Desa Karangrejo Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek. Ibu dengan  dua orang anak ini merupakan salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH sejak tahun 2013 dengan No Peserta PKH 350304000200082. Ia salah satu peserta Pelatihan Kube tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial Kabupaten Trenggalek. Pelatihan yang bertempat di Sekretariat PPKH Kecamatan Kampak pada saat itu fokusnya pada pengolahan makanan,  meskipun sebenarnya masih ada potensi KPM yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan lagi.

Pelatihan ini bertujuan agar mereka memiliki keahlian dan secara bertahap bisa berkembang sehingga meningkatkan kesejahteraan ekonomi KPM melalui usaha. Pada saat pelatihan KPM mendapatkan berbagai macam resep cara mengolah kue dan juga uang saku yang kemudian oleh ibu ini dipakai langsung untuk membeli peralatan kue yang dibutuhkan.



Mbak Yun sapaan akrabnya, serius dan tekun mengasah ketrampilan dan mulai fokus jualan kue basah dititipkan disekolah-sekolah terdekat. Bantuan PKH yang rutin dia terima, sebagian kecil untuk membayar kredit alat-alat kue di “mendring” istilah jawanya. Sekarang Mbak Yun sudah bisa melayani pesanan masyarakat setempat untuk berbagai hajatan. Semakin hari semakin banyak yang datang untuk pesan kue. Keuntungan yang didapat sudah bisa dikatakan cukup sebagai sumber pendapatan selain yang diperoleh dari suaminya dengan pekerjaan sopir disebuah layanan jasa kontraktor.

Mendengar istilah Graduasi Mandiri dan Keluarga Tidak Mampu yang disampaikan oleh pendamping social PKH pada waktu Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) membuat hatinya menyadari bahwa masih banyak masyarakat yang belum tersentuh program khususnya PKH. Karena hal ini Mbak Yun KPM PKH asal desa Karangrejo Kecamatan Kampak ini menyatakan mengundurkan diri dari kepesertaan PKH pada tanggal 9 Februari 2019.

Ditulis oleh : NURMAWATI, S.Pd (Korcam PKH Kec. Kampak)

Selasa, 09 April 2019

PENDAMPINGAN ANAK KPM PKH TIDAK MAU SEKOLAH


Jam digital di tangan sudah menunjukkan pukul 13:45, tak terasa hampir 1 jam P2K2 di Kebonsari berlangsung di sabtu siang ini, cuaca yang redup memaksa untuk mempercepat kegiatan Rutin bulanan yang menjadi kewajiban tiap penerima bantuan PKH. Pada hari ini kembali saya menyampaikan materi pengasuhan dan pendidikan bagi anak di dalam keluarga, selepas penutupan dan saya bersiap untuk ke kelompok selanjutnya, seorang anggota kelompok yang bernama bu Tumijah curhat bahwa anaknya yang bernama Agus Setiawan sudah berbulan-bulan tidak mau sekolah.

Dari informasi yang pendamping dapatkan dari pihak keluarga, kasus ini dimulai ketika Agus masuk sekolah setelah lama absen karena ijin khitan, saat masuk pertama kali dan kedapatan mau bolos, oleh salah satu gurunya, Agus diancam tidak naik kelas. Pernyataan itu langsung membuat mental Agus down, hingga tak ada lagi harapannya untuk terus sekolah.

Senin, 8 April 2019 saya mendatangi MTsN Munjungan, tempat sekolah Agus untuk mendapatkan klarifikasi dan mencari solusi bagi kasus ini. Disana bersama Bu Ika selaku Guru BK dan Bu Masit selaku Wali Kelas Agus kami berdiskusi dan akhirnya mendapatkan jawaban jelas. Dari hasil pertemuan saya dengan pihak sekolah, ditemukan fakta bahwa informasi agus tidak akan dinaikkan kelas itu salah, karena ujian semester belum dimulai dan masih ada kesempatan untuk agus mengikuti pelajaran sebelum mengikuti ujian semester.

Selepas mendapatkan kejelasan nasib Agus, saya langsung pamit dan menuju rumah Bu Tumijah, disana kusampaikan hasil pembicaraan dengan pihak sekolah, serta kejelasan nasib sekolah Agus. Bersama Ibu Tumijah dan Bapak Senen, kami membujuk Agus agar mau untuk sekolah kembali, awalnya agus menolak karena seragam sekolahanya dipinjam oleh temannya dan belum dikembalikan, namun akhirnya dia mau karena ibunya berjanji mencarikan seragam lagi.

Keesokan harinya, pukul 06:30 ku jemput Agus di rumahnya untuk ku antar ke sekolah. Di sekolah bersama Bu Ika, Bu Masit serta Pak Mul sebagai WAKA Kesiswaan, kami telah sepakat bahwa kasus seperti ini bisa segera teratasi ketika berbagai pihak mau untuk bekerja sama, utamanya pihak keluarga dan sekolah. Dalam hal ini Posisi Pendamping sebagai penyambung sekolah dan keluarga saat diperlukan ketika kasus terjadi pada penerima bantuan PKH.

By; Pendamping PKH Karangturi-Munjungan ( Agus Supiyan Hadi)